Kamis, 23 Juni 2016

Komunikasi Terapeutik Pada Anak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk berinteraksi diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisidari anak –anak menuju dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
           
      Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar. Sehingga para orang tua harus lebih berhati-hati dalam berkomunikasi  dengan anak, karena anak sangatlah cepat untuk mengingat apa yang sedang dilihat dan yang didengarnya.

      Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu, mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain, berhubungan dengan orang lain, menyelesaian sebuah masalah, mencapai sebuah tujuan, menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik, menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. (Hewitt, 1981)
   
      Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja adalah hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien akan merupakan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan secara terapeutik, sepertirealisasidiri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri, kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis, asaidentitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari komunikasi?
2.      Bagaimana Konsep anak?
3.      Bagaimana cara komunikasi dengan anak?
4.      Bagaimana tahapan komunikasi dengan anak?
5.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak?
6.      Apa petunjuk komunikasi pada anak?
7.      Apa tips dasar komunikasi pada anak?

1.3  Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi.
2.  Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada anak.
3.  Untuk mengetahui cara komunikasi dengan anak.
4.  Untuk mengetahui tahapan komunikasi dengan anak..
5.  Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak.
6.  Untuk mengetahui petunjuk komunikasi pada anak .
7.  Untuk mengetahui tips dasar komunikasi pada anak .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
     Kata atau istilah “Komunikasi” (Bahasa Inggris “Communication”) berasal dari Bahasa Latin “Communicatus” yang berarrti “berbagi” atau “menjadi  milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

     Defenisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujun tertentu.

     Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.

2.2 Konsep Anak
       Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1.      Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak
a.    Usia Bayi (0-1 tahun)
        Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.

Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain
b.    Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
        Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.

        Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).

      Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

c.    Usia Sekolah (5-11 tahun)
        Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
        Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

2.      Sikap Dalam Komunikasi
       Menurut Egan (1995); menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
a.       Sikap berhadapan
Bentuk sikap dimana seseorang langsung bertatap muka atau berhadapan langsung dengan anak (komunikator siap untuk berkomunikasi).
b.      Sikap mempertahankan kontak
Bertujuan menghargai klien dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang diinformasikan atau disampaikan dengan tidak melakukan kehiatan yang dapat mengalihkan perhatian dengan lainnya.
c.       Sikap membungkuk kearah pasien
Menunjukan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan cara membungkuk sedikit kearah klien.
d.      Sikap terbuka
Bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat tangan menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi.

e.       Sikap tetap relaks
Menunjukan adanya keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam member respon pada klien selama komunikasi

3.      Sikap Komunikasi Terapeutik
a.       Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak menunujukan kesiapan unutk merespon positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada anak.
b.      Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri pada posisi anak dan orang tua.
c.       Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukan adanya suatu kepedulian/perhatian rasa suka dan menghargai klien. Misal : senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
d.      Sikap konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan  klien, missal gambar, mainan, dll.

2.3 Cara Komunikasi Dengan Anak
     Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu satu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak ,melalui komunikasi ini pula perawatan dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan .Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak ,antara lain :
a.       Melalui Orang Lain Atau Pihak Ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbukan kepercayaan diri anak ,dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada disamping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan , baju yang sedang di pakainya serta hal lainnya ,dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
b.      Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah di terima ,mengingat anak sangat suka sekali dengan  cerita ,tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
c.       Memfasilitas
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunkasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat di terima. Dapat memfasilitasi kitA harus mampu mengekspersikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negative yang menunjukan kesan yang jelek pada anak.
d.      Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak
e.       Meminta Untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak ,dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan tersebut dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keingian tersebut dapat menunjukan perasaan dan pikiran anak pada saat itu

f.       Pilihan Pro Dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak ,dengan mengajukan pada situasi yang menunjukan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak
g.      Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri ,cemas ,sedih dan lain lain,dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya
h.      Menulis
Melaui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih ,marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada abak yang jengkel ,marah dan diam . cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis
i.        Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya ,perasaan jengkel marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
j.        Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan anak, perawat dan orang di sekitaranya dapat terjalin, dan pesan pesan dapat disampaikan.







2.4 Tahapan Komunikasi Dengan Anak
a.       Tahap prainteraksi
Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang masalah yang ada.
b.      Tahap perkenalan
Memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi, mencari kebenaran data yang ada, mengobservasi, memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan kerahasiaan klien.
c.       Tahap  kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama.
d.      Tahap terminasi
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi  evaluasi proses dan hasil, tindak lanjut, kontrak dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

Contoh tahapan komunikasi dengan anak yakni :
a.       Tahap prainsteraksi
Pada tahap ini perawat melakukan persiapan sebelum berinteraksi dengan pasien, missalnya dengan mengumpulkan data tentang keadaan pasien, melihat buku rekam medis, mencari pengetahuan tentang masalah yang berkaitan dengan pasien, memeriksa alat-alat yang diperlukan, menulis rencana kegiatan saat interaksi, dan perawat juga menganalisa diri sebelum melakukan interaksi.
b.      Tahap perkenalan.
Memberi salam kepada klien :
Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Perawat           : “ Perkenalkan nama saya Yuyun Yuningsih, saya senang di
                        panggil Rista. Boleh saya tahu nama ibu dan ade siapa? Apa
                        nama panggilan ibu dan ade? “
Ibu Pasien         : “ Nama saya Dessy, saya senang dipanggil bu Dessy. ”
Pasien Anak      : “ Namaku Nissa, aku senangnya dipanggil Icha kak. ”
Perawat             : “ Oh, baiklah kalau ibu senang dipanggil nama bu Dessy dan
                          nama ade kecil yang lucu ini kakak panggil ade Icha. ”
Ibu Pasien         : “ Baiklah sus. ”
Perawat             : “ Pertama saya akan membuat persetujuan dengan ibu, kita
                          akan mulai   komunikasi ini dengan waktu  juga tempat yang
                          ibu sepakati. Bagaimana bu Dessy setuju kalau komunikasi
                          terapeutiknya kita mulai dimana dan kapan? “
Ibu Pasien         : “ Saya pikir komunikasi terapeutiknya dilakukang sekarang
                           dan diruangan ini saja supaya situasinya kondusif. ”
Perawat             : “ Oh...baiklah bu, menurut ibu sendiri waktu yang tepat
                          untuk melakukan komunikasi ini berapa lama? “
Ibu Pasien         : “ Menurut saya lebih baik 10 menit ya sus supaya tidak
                           terlalu lama karena saya takut anak saya akan merasa bosan.”
Perawat             : “ Iya bu Dessy tentu, dengan senang hati. ”
Ibu Pasien         : “ Baiklah. “
c.       Tahap Kerja
Perawat             : “ Ibu bagaimana kalau anak ibu diberikan kesempatan untuk
                          berbicara tanpa disertai oleh ibu supaya saya lebih jelas untuk
                          menggali permasalahan yang anak ibu hadapi. ”
Ibu Pasien         : “ Oh, tentu sus silahkan. ”
Perawat             : “ Terima kasih ibu. ”
Perawat             : “ Salamat pagi, apa kabar ade Icha yang cantik. Bagaimana
                           kabar ade sekarang? Coba ade bisa ceritakan sama kakak apa
                           yang ade rasakan saat ini? “
Pasien anak       : “ Pagi juga kakak, keadaan ade saat ini sakit perut kak. “
Perawat             : “ Perut yang sebelah mana? ”
Pasien Anak      : “ Perut yang sebelah kiri. ”
Perawat             : “ Coba ceritain sama kakak kira – kira kenapa perut ade Icha
                          bisa sakit seperti itu ? ”
Pasien Anak      : “ Aku sendiri gak tau kak, sebelumnya aku susah makan. “
Perawat             : “ Hmm kenapa coba ade susah makan ? Apa penyebabnya?”
Pasien Anak      : “ Rasanya tuh mual kak kalo makan. ”
Perawat             : “ Oh...kakak pikir ade ini ada gangguan pencernaan yah. ”
Pasien Anak      : “ Sepertinya emang gitu kak, soalnya aku gak nafsu makan
                          dan selalu mual – mual. ” 
Perawat             : “ Oh, sepertinya ade ini terkena gejala maag. Ade Icha
                           sendiri tau gak apa itu penyakit maag? “
Pasien anak       : “ Gak tau kak, memangnya maag itu apa? ”
Perawat             : “ Maag itu semacam penyakit yang menyerang lambung.
                          Penyebabnya kebanyakan karena sering makan yang pedas
                          dan terutama jarang makan. “
Pasien Anak      : “ Oh begitu ya kak, jadi aku sakit maag? ”
Perawat             : “ Iya ade sayang, karena ini baru gejala saja jadi lebih baik
                          ade Icha lebih menjaga pola makan supaya penyakit maagnya
                          bisa sembuh. ”
 Pasien Anak     : “ Iya kak kalo begitu Icha sekarang mau rutin makan yang
                           teratur .”
Perawat             : “ Bagus sekali ade Icha pinter, ini kakak bawa boneka untuk
                          ade mau? ”
Pasien Anak      : “ Mau sekali kakak
d.      Tahap terminasi 
Perawat           : “ Bagaimana perasaan ade sekarang? “
Pasien Anak      : “ Baik kak, Icha merasa senang dan nyaman. ”
Perawat             : “ Anak yang pintar. “
Perawat             : “ Baiklah kalau begitu saya ucapakan terima kasih kepada
                          ibu sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk
                          melakukan komunikasi dengan anak ibu. Seperti waktu yang
                          telah kita sepakati diawal yaitu 15 menit dan sekarang       
                          waktunya sudah habis. Semoga cepat sembuh yah de Icha
                          jangan lupa obatnya diminum juga jangan telat makan lagi
                          yah. Kita akan bertemu lagi kapan bu? Apakah ibu bersedia
                          untuk dilakukan komunikasi terapeutik kembali dengan saya?
Ibu Pasien         : “ Iya terima kasih kembali, tentu sus saya sangat bersedia. “
Perawat             : “ Dengan senang hati, mungkin untuk waktu dan tempatnya        kita sepakati kembali disini atau bagaimana menurut ibu? ”
Ibu Pasien         : “ Iya sus saya setuju dengan pendapat suster. ”
Perawat             : “ Baiklah, sampai jumpa besok yah ade Icha dan ibu Dessy.
                          Assalamu’alakum. “
Ibu Pasien         : “ Wa’alaikumsalam. “

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak
a.       Pendidikan
b.      Pengetahuan
c.       Sikap
d.      Usia tumbuh kembang
e.       Status kesehatan anak
f.       Sistem social
g.      Saluran
h.      Lingkungan

2.6  Petunjuk Untuk  Berkomunikasi Pada Anak
1.      Anak harus merasa nyaman .
2.      Hindarkan ucapan yang  cepat atau tiba-tiba menghentak.
3.      Senyum.
4.      Kontak mata dipertahankan.
5.      Jika anak malu atau takut bicara dulu dengan orang tua / bermain dulu.
6.      Pandangan mata sejajar.
7.      Bicara pelan, percaya diri, hangat, dan tidak terburu-buru.
8.      Jujur.
9.      Beri kesempatan pada anak untuk mengekspresikan rasa takut / cemas.
10.  Gunakan teknik yag bervariasi.
11.  Buat penilaian yang cocok atau pujian.
12.  Anak yang lebih tua : beri kesempatan jika tidak mau ditemani orang tua.

2.7 Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistic perlu diwujudkan dengan kata-kata,  pemahaman tentang komunikasi seperti ucapan “terima kasih” atau “tolong” saat meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut pakar perkembangan ini, kata-kata tersebut lebih dari sekedar ungkapan sopan santun, namun merupakan awal pemahaman tentang komunikasi.
Setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan komunikasi dengan anak. Ada masanya ketika anak anda seperti mendengar perintah anda dengan penuh perhatian tetapi kemudian tidak ingat apa-apa mengenai percakapan itu. Ada masanya anak anda berbicara terus menerus kemudian menuduh anda tidak mendengarkannya. Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Anak anda yang berusia 5 tahun, dapat berubah seolah menjadi anak yang berusia 14 tahun yang menjawab pertannyaan anda dengan hanya satu kata saja: anda bertanya; bagaimana kabarmu sayang? ‘Baik’ jawabnya singkat, “apa yang kamu kerjakan di rumah teman kamu tadi?” ‘macam-macam’ jawabnya lagi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan ada kalanya, mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai hubungan baik yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik. Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan sehingga mereka akan mendapatkan teman-teman, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara dan mendengarkan anak-anak anda sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Karena anak ini mengetahui hampir setiap naluri, bahwa komunikasi hanya sekedar kata-kata yang keluar dari mulut anda, komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagai mana keterampilan interpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan se orang anak dengan orang tuanya. Keterampilan komunikasi di pelajari di rumah yaitu di masa bayi.



BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
 Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1.      Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
2.      Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
3.      Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu satu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak ,melalui komunikasi ini pula perawatan dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan .
4.      Tahapan komunikasi dengan anak
a.    Tahap prainteraksi
b.    Tahap perkenala
c.    Tahap  kerja
d.   Tahap terminasi
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak
a.       Pendidikan
b.      Pengetahuan
c.       Sikap
d.      Usia tumbuh kembang
e.       Status kesehatan anak
f.       Sistem social
g.      Saluran
h.      Lingkungan
6.      Petunjuk untuk  berkomunikasi pada anak :
e.     Anak harus merasa nyaman .
f.     Hindarkan ucapan yang  cepat atau tiba-tiba menghentak.
g.    Senyum.
h.    Kontak mata dipertahankan.
i.      Jika anak malu atau takut bicara dulu dengan orang tua / bermain dulu.
j.      Pandangan mata sejajar.
k.    Bicara pelan, percaya diri, hangat, dan tidak terburu-buru.
l.      Jujur.
m.  Beri kesempatan pada anak untuk mengekspresikan rasa takut / cemas.
n.    Gunakan teknik yag bervariasi.
o.    Buat penilaian yang cocok atau pujian.
p.    Anak yang lebih tua : beri kesempatan jika tidak mau ditemani orang tua.
7.      Komunikasi yang baik adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagai mana keterampilan interpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan se orang anak dengan orang tuanya.

3.2 Saran
     Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat Budi, dkk, 2010. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Buku
            Kedokteran EGC: Jakarta.

Dalami Ernawati, dkk. 2009. Komunikasi Keperawatan. Trans Info Media: Jakarta
            Timur
Nunung Nurhasanah, S.Kep. 2009. Ilmu Komunikasi Dalam Konteks Perawatan.
            Trans Info Media: Jakarta.

Riyadi Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Kepada Anak. Graha Ilmu:
            Yogyakarta.
Yuningsih, Yuyun. “Komunikasi terapeutik (KOMTER) pada Anak”. 6 Juni 2016.
            https://plus.google.com/103270330637735884671/posts/c5AGUdygzRb




1 komentar:

  1. The most enduring symbol of the Norse - titanium arts
    › tj-metal-arts › tj-metal-arts wooricasinos.info The most enduring symbol of the Norse - https://jancasino.com/review/merit-casino/ titanium arts · The most enduring symbol of the Norse - titanium arts · The most enduring symbol of https://deccasino.com/review/merit-casino/ the Norse - titanium titanium flat iron arts. herzamanindir.com/

    BalasHapus